Perenialisme
merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.
Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal, atau
selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
perenialisme menentang pandangan progresifisme yang menekankan perubahan dan
sesuatu yang baru.
Aliran ini
dianggap sebagai “regresive road to culture” yakni
kembali, mundur kepada kebudayaan masa lampau. Perenialisme menghadapi
kenyataan dalam kebudayaan manusia sekarang, sebagai satu krisis kebudayaan
dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi situasi krisis itu,
Perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “kembali kepada kebudayaan masa
lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal.
Pendidikan
harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang
telah teruji dan tangguh. Karena itu Perenialisme memandang pendidikan sebagai
jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam
kebudayaan ideal dimaksud “education as cultural regression”. Perenialisme tak
melihat jalan yang meyakinkan selain kembali kepada prinsip – prinsip yang
telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan, bahkan kepribaidan manusia selain
kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.
Perenialisme
memilih prinsip demikian karena realita zaman modern memberi alasan obyektif,
memberi kondisi untuk pilihan itu. Perenialisme berharap agar manusia kini
dapat memahami ide dan cita falsafatnya yang menganggap filsafatnya sebagai
suatu asas yang komprehensif. Perenialisme sebagai satu pandangan hidup yang
berdasarkan pada sumber kebudayaan dan hasil – hasilnya, karena prinsip –
prinsip filsafatnya itu self-evident, kekal dan tak terikat tempat berlakunya
(universal), maka prinsip – prinsip itu disamping transcendental, juga
realiable untuk semua zaman, karena itu ia benar dan tepat untuk abad kita
sekarang dan masa depan.
Pandangan
perenialisme dalam pendidikan
Perenialisme
memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial. Tujuan dari
pendidikan menurut perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh
pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak
berubah. Adapun prinsip pendidikan perenialisme adalah sebagai berikut.
1. Walaupun
perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia dimanapun dan kapan pun ia
berada adalah sama. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup yaitu
untuk mencapai kebajikan dan kebijakan. Pendidikan harus sama bagi semua orang,
dimana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama
yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.
2. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan
abadi. Kurikulum diorganisasikan dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang
dewasa, ditujukan untuk melatih aktivitas akal dan untuk mengembangkan akal.
3. Pendidikan
bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan merupakan suatu persiapan untuk
hidup. Sekolah tidak pernah menjadi situasi kehidupan nyata. Sekolah bagi anak
merupakan peraturan-peraturan yang artifisial dimana ia berkenalan dengan hasil
yang terbaik dari warisan sosial budaya.
4. Siswa
seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut
sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan
kehidupan sosial terutama politik dan ekonomi. Sedangkan pandangan – pandangan kurikulumnya mempengaruhi
praktik pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan
Dasar dan Menengah
a. Pendidikan
sebagai persiapan
Perbedaan
Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada sikapnya tentang “education as
preparation”. Dewey dan tokoh – tokoh Progresivisme yang lain menolak pandangan
bahwa sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk kehidupan. Tetapi
Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di
dalam masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada
dalam fase potensialitas menuju aktualitas, menuju kematangan.
b. Kurikulum
Sekolah Menengah
Prinsip
kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan, berlaku pula
bagi pendidikan menengah. Perenialisme membedakan kurikulum pendidikan menengah
antara program, “general education” dan pendidikan kejuruan, yang terbuka bagi
anak 12-20 tahun.
2. Pendidikan
Tinggi dan Adult Education
a. Kurikulum
Universitas
Program
“general education” dipersiapkan untuk pendidikan tinggi dan adult education.
Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan menengah dengan program general
education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun sebab dianggap telah
cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program pendidikan tinggi. Pendidikan
tinggi pada prinsipnya diarahkan untuk mencapai tujuan kebajikan intelektual
yang disebut “The intellectual love of good”.
b. Kurikulum
Pendidikan Orang Dewasa
Tujuan pendidikan
orang dewasa ialah meningkatkan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam
pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh – pengaruh jelek yang ada.
Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah mengembangkan sikap
bijaksana, guna merenorganisasi pendidikan anak – anaknya, dan membina
kebudayaannya. Malahan Hutchins mengatakan, pendidikan orang dewasa adalah
jalan menyelamatkan kehidupan bangsa – bangsa.[
Pandangan perenialisme dalam belajar
Tentang
belajar pandangan perenialisme adalah
1.
Titik tolak belajar adalah bahwa manusia
adalah makhluk rasionalis. Titik tolak kemampuan
manusia adalah kemampuan berfikir.
2.
Dari berfikir berkembanglah kebebasan,
ketrampilan, berbahasa dan sebagainya.
3.
Belajar ada persoalan latihan dan disiplin
mental. Yang penting adalah pengembangan kemampuan dasar, sedangkan materi ajar
hanyalah alat untuk mengembangkan kemampuan dasar tersebut. Kalau kemampuan
dasarnya tersebut sudah berkembang dengan sendirinya manusia akan dapat
menghadapi dan memecahkan segala masalah yang dihadapi.
4.
Ada belajar yang terjadi dalam bentuk
pengajaran dan ada belajar yang berupa penemuan sendiri oleh peserta didik.
Tuntutan
tertinggi dalam belajar menurut Perenialisme adalah latihan dan disiplin
mental. Maka, teori dan praktik pendidikan haruslah mengarah kepada tuntunan
tersebut. Teori dasar dalam belajar menurut Perenialisme terutama:
1. Mental
discipline sebagai teori dasar
Menurut
Perenialisme sependapat latihan dan pembinaan berpikir adalah salah satu
kewajiban tertinggi dalam belajar, atau keutamaan dalam proses belajar. Karena
program pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan kemampuan berpikir.
2. Rasionalitas
dan Asas Kemerdekaan
Asas
berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan, otoritas
berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna kemerdekaan
pendidikan hendaknya membantu manusia untuk dirinya sendiri yang membedakannya
dari makhluk yang lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi tujuan itu, yaitu
aktualisasi diri manusia sebagai makhluk rasional yang bersifat merdeka.
3. Leraning
to Reason (belajar untuk berpikir)
Bagaimana
tugas berat ini dapat dilaksanakan, yakni belajar supaya mampu berpikir.
Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan
pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan
dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka learning to reason menjadi tujuan
pokok pendidikan sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
4. Belajar sebagai persiapan hidup
Belajar
untuk mampu berpikir bukanlah semata – mata tujuan kebajikan moral dan
kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas sebagai filosofis. Belajar untuk
berpikir berarti pula guna memenuhi fungsi practical philosophy baik etika,
sosial politik, ilmu dan seni.
5. Learning
through teaching
Fungsi
guru menurut Perenialisme berbeda dengan esensialisme. Menurut esensialisme
guru sebagai perantara antara bahan dengan anak yang melakukan proses
penyerapan. Dalam pandangan Perenialisme, tugas guru bukanlah perantara antara
dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses
belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi – potensi self
discovery, dan ia melakukan otoritas moral atas murid – muridnya, karena ia
seorang profesional yang memiliki kualifikasi dan superior dibandingkan dengan
murid – muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih.
Daftar Pustaka
1. Sadullah,Drs.Uyoh,M.Pd,2003,Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: ALFABETA)
2. Syam,Mohammad Nor,1988, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional)
0 komentar:
Posting Komentar