Filsafat Pendidikan Dalam Konsep
Aristotelian
Kelompok pertama didukung oleh pendukung filsafat –dengan
konsep-konsepnya yang Aristotelian, dan mereka telah bekerja keras dalam
memperjelas hubungan antara filsafat dan pendidikan. Hal ini untuk
menjustifikasi keharusan mengadopsi filsafat pendidikan melalui hubungan antara
filsafat dan pendidikan.
Di antara yang mendukung orientasi ini adalah Professor Kingsley
Price. Ia mencoba mengidentifikasi filsafat pendidikan. Ia menyebutkan bahwa
untuk mengidentifikasi apa yang dimaksud filsafat pendidikan kita harus
menentukan apa yang kita maksud dengan istilah filsafat dan pendidikan.
Disamping itu juga, pendidikan menunjuk pada proses akademik yang menyangkut
transmisi pengetahuan dan sastra dari satu generasi dan generasi lainnya. Hal
ini dilakukan melalui orang-orang yang ditangannya ilmu terbuka dan berkembang.
Filsafat adalah kata yang menunjuk pada dua jenis aktivitas. Pertama adalah
analisis yang bertujuan identifikasi pemahaman kata-kata, penejelasan pemikiran
dan memahami konsep-konsep secara akurat. Kedua adalah aktivitas yang dengannya
kita sampai kepada teori-teori tertentu pada metafizika (metafisika), akhlaqiyat (etika), nazhariyah ma’rifah (epitemologi), jamal (estetika) dan manthiq (logika).
Proses
Pendidikan Dan Kaitannya Dengan Metafisika, Etika Dan Epistemologi
Dalam hal ini Price menyimpulkan
pengertian pendidikan dengan: “Analisis proses pendidikan kemudian berusaha
mengaitkannya dengan metafisika, etika dan epistemologi”.
Dalam menganalisis proses pendidikan
kita bisa memahami istilah-istilah pendidikan yang diperlukan. Melalui
kaitannya dengan metafisika kita bisa menjelaskan sisi hakikat dalam
pendidikan. Melalui kaitannya dengan etika kita bisa sampai kepada
penjelasan dan justifikasi saran-saran yang dikandung pendidikan. Sedangkan
melalui kaitannya dengan epistemologi kita bisa sampai pada teori belajar.
Price memberikan contoh untuk menganalisis proses
pendidikan dengan pernyataan bahwa kebanyakan istilah yang digunakan para
pendidik adalah istilah-istilah yang kabur yang sulit ditransformasikan menjadi
pandangan praktis seperti kata “pengalaman”, “partisipasi”, “kewarganegaraan”,
“loyalitas” dan “demokrasi”. Ini semua adalah masalah yang kebanyakan
realisasinya diasumsikan melalui pengajarannya di sekolah-sekolah. Akan tetapi
para pendidik menerimanya dengan penuh kekaburan tidak mengarah kepada
pengajaran satu pun darinya kecuali jika filosuf pendidikan telah
menganalisisnya.
Terdapat sejumlah
pendukung kaitan antara filsafat dan pendidikan yang berpartisipasi dalam
perdebatan yang terjadi sekitar filsafat pendidikan, sumber dan muatannya yang
di antaranya adalah Harold H. Titus dalam pembahasannya “Filsafat dan Masyrakat
Modern”, Okner dalam pembahasannya “Watak Filsafat” dan Sydney Hook dalam
pembahasannya “Apakah Filsafat Memiliki Masa Depan?”.
Filsafat
Sebagai Model Klasik
Kemudian bangkit kelompok kedua yang
menganggap filsafat sebagai model klasik. Filsafat yang demikian menyerupai
pemikiran gereja karena membahas tentang masalah-masalah ghaib yang tidak
memiliki bukti, dan tentang nilai dan akhlak, yang semuanya adalah nisbi yang
terpengaruh dengan keputusan pribadi dan pandangan personal dan tidak mungkin
dipelajari dengan teknik ilmiah.
Di antara yang merefleksikan orientasi
ini adalah profesor Albert Taylor yang menuduh para pemilik pandangan filosofis
mendorong filsafat pendidikan pada bidang yang tidak terbatas. Mereka menuntut
filsafat pendidikan menyelesaikan metafisika, epistemologi dan sistem nilai dan
pennyelesaiannya bersifat ilmiah. Akan tetapi filsafat tidak bisa memberikan
jawaban yang bermanfaat tentang yang ghaib, Tuhan dan masalah-masalah
metafisika lainnya. Ia tidak memberikan
sesuatu yang memiliki hubungan dengan pendidikan. Adapun tentang epistemologi
maka yang lebih utama adalah mentransformasikannya menjadi data dan hasil ilmu
psikologi. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh misalnya Dewey, Bernard Russel
dan Felix Adler. Sedangkan mengenai nilai maka ini bersifat nisbi yang
diperselisihkan dan ia adalah akibat keadaan dan lingkungan dan tidak mungkin
menganalogikannya dengan kriteria ilmiah.
Taylor menyimpulkan
bahwa lebih baik tidak ada pembahasan tentang masalah yang ghaib dan etika, dan
kemudian menginternalisasikan filsafat pendidikan dengan mekanisme ilmiah dan
empirik dan bukan dengan logika filosuf.
Daftar Pustaka
Kingsley Price, “Is Philosophy of
Education Necessary” dalam The
Journal of Philosophy, October, 1955
Christopher J. Lucas, What is Philosophy of Education (USA: Toronto, 1969)
Muhria Lanlan.Orientasi dan pemikiran filsadat Pendidikan. https://www.lyceum.id/orientasi-dan-pemikiran-filsafat-pendidikan/ Diakses pada 2 November 2016
0 komentar:
Posting Komentar