Senin, 19 Desember 2016

ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU

22.11 Posted by TyasSiti Nur Asiyah No comments
Judul Buku      : FILSAFAT ILMU
Penulis             : PROF. DR. AMSAL BAKHTIAR, M.A.
Penerbit           :PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Tahun terbit     : 2004
Agama, ilmu, dan masa depan manusia
Ilmu pengetahuan dari masa ke masa mengalami perubahan terhadap apa yang dianggap sebagai kebenaran yang hakiki. Berbagai tahapan pengetahuan serta ragam jenis sumber pengetahuan pun berkembang dimulai dari adanya filosofi alam hingga berkembangnya rasionalitas. Begitupun dengan agama dimulai adanya agama yang katanya bersifat kuno hingga bersifat modern yang membawa dampak tersendiri bagi agama tersebut. Dengan demikian agama dan ilmu dalam berberapa hal memang berbeda namun pada sisi tertentu memiliki kesaman. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cenderung eksklusif dan subjektif. Sedangkan ilmu selalu mencari yang baru, tidak terlalu terikat dengan etika, progresif, bersifat insklusif dan objektif. Walaupun begitu antara agama dan ilmu memiliki persamaan, yaitu bertujuan memberi ketenangan dan kemudaan bagi manusia.
Agama memberikan ketenangan dari segu batin karena ada janji kehidupan setelah kematian, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, hamper semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin.
Karakteristik agama dan ilmu tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang bersebrangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Seperi semakin berkembangnya ilmu maka semakin banyak pula problema yang datang mengiringinya. Tak hanya ilmu namun agama pun mendapat tantangan dari rasionalitas manusia yang telah membuktikan diri mampu mengubah penampilan dunia fisik. Perwujudan kearifan religious yang unspeakable dikalahkan oleh rasionalitas yang senantiasa melihat persoalan secara teknis sebatas alam fisik. Pada tingkat praktis, ‘agama kuno’ memiliki apresiasi terhadap kehidupan yang lebih baik dan ini mengacu kepada jiwa yang lebih ksatria dan mulia, sedangkan agama ;modern’ mewakili sikap egoistis manusia terhadap lingkungannya jika bukan memamerkan cara mengesahkan keserakahan, sekedar untuk tidak dianggap kuno ataupun ketinggalan zaman.
Kemudian semangat yang berlebihan dalam beragama justru akan merugikan dan merusak makna agama itu sendiri. Di satu pihak penerapan rasionalitas dalam agama yang dilakukan oleh mereka yang ingin memodernisasi agama agar sesuai dengan kemajuan zaman atau berpretensi untuk membersihkan agama dari berbagai bid’ah akan memiskinkan agama sekadar pelayan materialism, karena rasionalitas hanya dapat bekerja pada wilayah logis yang speakble dan bukan wilayah reflektif dari pengetahuan manusia dimana wilayah rasionalitas harus bekerja dua kali dan dengan demikian mengingkari dirinya. Di pihak lain, religiusitas tidak dapat direalisasi secara paksa karena hanya akan memuaskan perasaan manusia belaka. Dan visualisasi yang bagaimanapun tentang Tuhan hanya menghasilkan patung Tuhan.
Ilmu dapat dilumpuhkan oleh biasnya sendiri. Sebagai mana juga agama. Di dunia Barat dewasa ini tujuan ilmu adalah menjelaskan alam fisik, sementara tujuan agama adalah menjelaskan alam spiritual. Seharusnya sinergi agama dan ilmu dalam konteks ini dapat dilakukan demi terwujudnya keseimbangan peradaban manusia. Sebab demi terwujudnya keseimbangan peradaban manusia, masing-masing pihak masih tetap mempertahankan ego, maka masa depan umat manusia tidak dapat diramalkan, bahkan akibatnya jauh lebih dahsyat daripada kehancuran perang dunia ke II. Maka disnilah ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit tetapi haus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi.
Begitulah isi dari buku Filsafat Ilmu karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A yang menjelaskan bagaimana perkembangan ilmu dan kaitannya dengan agama di masa depan. Dimana buku ini memiliki bahasa tulisan ataupun gaya tulisan yang mudah dipahami sehingga bagi para pemula pembelajar filsafat dapat memahami konsep-konsep yang diberikan secara utuh sehingga itu kemudian menjadi kelebihan dari buku ini ditambah dengan penjelasan yang dipaparkan pun dijelaskan secara gamblang dan sedikit sekali penggunaan kosa kata yang menyulitkan bagi pembaca. Namun dibalik kelebihannya itu pembahasan mengenai perkembangan ilmu dalam buku ini hanya menawarkan sedikit konsep jika dibandingkan dengan buku filsafat ilmu yang lain sehingga pembaca yang telah memiliki pengalaman membaca filsafat ilmu dari sumber yang lain merasa kurang dikarenakan sedikitnya pembahasan konsep yang ditampilkan.

Jika dianalisa dengan dua buku sebelumnya yakni buku Immanuel kant mengenai akal budi dan buku filsafat umum akal dan hati sejak Thales hingga Capra,penulis menyajikan tulisan bernada sama dengan dua buku sebelumnya dimana dua buku sebelumnya menyebutkan perlu adanya berimbang antara ilmu (akal) dengan agama (hati) dimana dengan adanya keseimbangan antara ilmu dan agama akan membawa kepada peradaban yang lebih baik dan jika dominan salah satunya ataupun keberpihakan masyarakat terhadap ilmu atau agama saja maka akan terajadi hal yang lebih buruk dari perang dunia ke II dimana pada era modern seperti sekarang ini kemujan ilmu dan teknologi sendiri pun dianggap sebagai suatu kebaikan terhadap peradaban manusia sehingga kini pun banyak individu yang kemudian cenderung memilih terdapat satu sisi antara agama atau ilmu ini. Padahal sebagaimana yang dijelaskan oleh kant sendiri pun sains tidak dapat sepenuhnya memberikan keutuhan kebenaran walaupun sains memberikan jawaban terhadap apa yang bersifat empiris. Penting adanya peranan hati dalam kebaikan kehidupan manusia. Begitu pun dijelaskan dalam buku filsafat umum akal dan hati di jalur timur, jelas menjabarkan keberpihakan al-quran pun menghargai akal dan memerlukan hati dalam kehidupan manusia sehingga kelak di masa depan pun perlu adanya keteraturan antara agama dan ilmu. 

0 komentar:

Posting Komentar